
Nyanyian Bumi Seberang (Bona Ni Pasogit) Ebiet G. Ade
"Nyanyian Bumi Seberang (Bona Ni Pasogit)" by Ebiet G. Ade, released in 1980, is a poignant folk ballad (#Folk) that reflects themes of longing, nature, and the beauty of the homeland. The lyrics convey a deep emotional connection to one's roots and the struggles of separation. Its melodic simplicity and heartfelt delivery resonate with listeners, making it a beloved classic in Indonesian music. The song has influenced many artists and continues to evoke nostalgia for the homeland in Indonesian culture.

Menyeberangi danau biru terbentang
Bersama istri dan anakku belayar
Singgah di sana, di pulau yang terpencil
Di tengah hamparan telaga, menyimpan keindahan
Dan aku pun terperangah ada yang menegurku
Selintas layaknya ia marah dan membentak
Namun ternyata dari sinar matanya
Terpancar ketulusan sikap bersahabat
Aku ingin hening dan pejamkan mata
Untuk menyimpan apa yang kusaksikan
Suling berserak bercampur songket dagangan
Bertahan dalam kasih bumi leluhur
Meskipun alam tak banyak membantu
Namun kegigihan sanggup merubah
Tandus tanah ini ladang kehidupan
Aku pun terkesima dan enggan pulang
Dan esok harinya kami mendaki
Untuk menikmati keindahan dari bukit
Dan di sana di tengah lingkaran air
Mereka gigih bertahan semangat baja
Aku ingin hening dan pejamkan mata
Untuk menyimpan apa yang kusaksikan
Suling berserak bercampur songket dagangan
Bertahan dalam kasih bumi leluhur
Meskipun alam tak banyak membantu
Namun kegigihan sanggup merubah
Tandus tanah ini ladang kehidupan
Aku pun terkesima dan enggan pulang
Bersama istri dan anakku belayar
Singgah di sana, di pulau yang terpencil
Di tengah hamparan telaga, menyimpan keindahan
Dan aku pun terperangah ada yang menegurku
Selintas layaknya ia marah dan membentak
Namun ternyata dari sinar matanya
Terpancar ketulusan sikap bersahabat
Aku ingin hening dan pejamkan mata
Untuk menyimpan apa yang kusaksikan
Suling berserak bercampur songket dagangan
Bertahan dalam kasih bumi leluhur
Meskipun alam tak banyak membantu
Namun kegigihan sanggup merubah
Tandus tanah ini ladang kehidupan
Aku pun terkesima dan enggan pulang
Dan esok harinya kami mendaki
Untuk menikmati keindahan dari bukit
Dan di sana di tengah lingkaran air
Mereka gigih bertahan semangat baja
Aku ingin hening dan pejamkan mata
Untuk menyimpan apa yang kusaksikan
Suling berserak bercampur songket dagangan
Bertahan dalam kasih bumi leluhur
Meskipun alam tak banyak membantu
Namun kegigihan sanggup merubah
Tandus tanah ini ladang kehidupan
Aku pun terkesima dan enggan pulang
Comments (0)
The minimum comment length is 50 characters.